8 Oktober 2021 - Kabar
DARI DISKUSI KE PLATFORM FOTOGRAFI
Bicarafoto.com, platform baru untuk fotografi, resmi dirilis pada 1 Oktober 2021 dalam kegiatan Webinar Bicara Foto yang pertama. Medium ini diinisiasi oleh delapan fotografer lintas kota di Indonesia. Oscar Siagian, salah seorang inisiator, mengatakan bahwa platform ini bermula dari diskusi-diskusi lepas antar beberapa fotografer. “Kami merasa perlu untuk meluaskan wacana diskusi-diskusi kami itu kepada publik agar segala informasi terkait fotografi tidak terbatas dalam ruang sempit saja,” lanjut fotografer kelahiran Jambi ini.
Dalam peluncuran resminya pada Jum’at lalu, Oscar menyampaikan bahwa Bicarafoto.com juga ditujukan sebagai ruang kolaborasi bersama antar pelaku dan penikmat fotografi. “Setiap orang bisa ambil bagian dalam situs ini. Karena itu kami membuka ruang seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin berkontribusi dan bekerja sama dengan kami demi mengembangkan fotografi di Indonesia,” ujar Oscar.
Selain peluncuran situs, webinar yang dihadiri oleh 100 peserta ini juga diisi dengan diskusi yang bertajuk Pitch Perfect yang dipandu oleh Agoes Rudianto. Duo Muhammad Fadli dan Putu Sayoga, narasumber diskusi, memulai perbincangan dengan cerita awal karir mereka sebagai fotografer. Kemudian, pembahasan berlanjut pada tips dan trik mempublikasikan karya di media ternama.
Fadli dan Putu sepakat bahwa seorang fotografer harus memiliki portofolio yang menarik terlebih dahulu sebelum mulai menghubungi para editor untuk mempublikasikan foto-fotonya. “Portofolio adalah pintu utama saat melakukan pitching –proses pengajuan karya untuk diterbitkan. Karena itu konsistensi foto-foto yang ada di dalam portofolio penting dijaga,” kata Fadli. Salah satu juri World Press Photo 2020 ini menambahkan bahwa para editor lebih tertarik melihat karya lewat situs pribadi fotografer. “Jadi, kemasannya perlu dipikirkan,” lanjutnya.
Putu Sayoga, fotografer dokumenter yang berbasis di Bali, dalam diskusi ini mengatakan bahwa penting seorang fotografer mengenal media tempatnya akan menawarkan karya. “Kita harus mengetahui terlebih dahulu arah media yang kita tuju ke mana dan siapa pembaca mereka sebelum menawarkan karya,” ujar Putu. Komunikasi yang baik menjadi salah satu kunci dalam pitching. “Banyak foto dan isu menarik di Indonesia yang bisa ditawarkan ke media asing. Tapi, tidak difollowup oleh para editor karena keterbatasan kemampuan dari fotografer untuk menjelaskan maksud karyanya itu,” lanjut Putu.
Webinar ini berlangsung kurang lebih dua jam. Agoes Rudianto, moderator, mengingatkan bahwa selama Oktober ini akan ada beberapa webinar lain yang akan diselenggarakan oleh Bicarafoto.com dengan tema-tema yang menarik dan narasumber yang kompeten. “Tunggu info selanjutnya di akun Instagram @bicarafotocom,” ujar Agoes menutup webinar.
Bicarafoto.com, platform baru untuk fotografi, resmi dirilis pada 1 Oktober 2021 dalam kegiatan Webinar Bicara Foto yang pertama. Medium ini diinisiasi oleh delapan fotografer lintas kota di Indonesia. Oscar Siagian, salah seorang inisiator, mengatakan bahwa platform ini bermula dari diskusi-diskusi lepas antar beberapa fotografer. “Kami merasa perlu untuk meluaskan wacana diskusi-diskusi kami itu kepada publik agar segala informasi terkait fotografi tidak terbatas dalam ruang sempit saja,” lanjut fotografer kelahiran Jambi ini.
Dalam peluncuran resminya pada Jum’at lalu, Oscar menyampaikan bahwa Bicarafoto.com juga ditujukan sebagai ruang kolaborasi bersama antar pelaku dan penikmat fotografi. “Setiap orang bisa ambil bagian dalam situs ini. Karena itu kami membuka ruang seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin berkontribusi dan bekerja sama dengan kami demi mengembangkan fotografi di Indonesia,” ujar Oscar.
Selain peluncuran situs, webinar yang dihadiri oleh 100 peserta ini juga diisi dengan diskusi yang bertajuk Pitch Perfect yang dipandu oleh Agoes Rudianto. Duo Muhammad Fadli dan Putu Sayoga, narasumber diskusi, memulai perbincangan dengan cerita awal karir mereka sebagai fotografer. Kemudian, pembahasan berlanjut pada tips dan trik mempublikasikan karya di media ternama.
Fadli dan Putu sepakat bahwa seorang fotografer harus memiliki portofolio yang menarik terlebih dahulu sebelum mulai menghubungi para editor untuk mempublikasikan foto-fotonya. “Portofolio adalah pintu utama saat melakukan pitching –proses pengajuan karya untuk diterbitkan. Karena itu konsistensi foto-foto yang ada di dalam portofolio penting dijaga,” kata Fadli. Salah satu juri World Press Photo 2020 ini menambahkan bahwa para editor lebih tertarik melihat karya lewat situs pribadi fotografer. “Jadi, kemasannya perlu dipikirkan,” lanjutnya.
Putu Sayoga, fotografer dokumenter yang berbasis di Bali, dalam diskusi ini mengatakan bahwa penting seorang fotografer mengenal media tempatnya akan menawarkan karya. “Kita harus mengetahui terlebih dahulu arah media yang kita tuju ke mana dan siapa pembaca mereka sebelum menawarkan karya,” ujar Putu. Komunikasi yang baik menjadi salah satu kunci dalam pitching. “Banyak foto dan isu menarik di Indonesia yang bisa ditawarkan ke media asing. Tapi, tidak difollowup oleh para editor karena keterbatasan kemampuan dari fotografer untuk menjelaskan maksud karyanya itu,” lanjut Putu.
Webinar ini berlangsung kurang lebih dua jam. Agoes Rudianto, moderator, mengingatkan bahwa selama Oktober ini akan ada beberapa webinar lain yang akan diselenggarakan oleh Bicarafoto.com dengan tema-tema yang menarik dan narasumber yang kompeten. “Tunggu info selanjutnya di akun Instagram @bicarafotocom,” ujar Agoes menutup webinar.
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Zhu Qincay
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Zhu Qincay
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Zhu Qincay
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Zhu Qincay
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Zhu Qincay