9 November 2021 - Kabar
FORMAT BARU WORLD PRESS PHOTO
Belinda Qaqamba Ka-Fassie, seniman drag dan aktivis, berpose di Shisanyama—sebuah bagi komunitas wanita untuk memasak dan menjual daging—di Khayelitsha, kota kecil yang terletak di Cape Flats tak jauh dari Cape Town, Afrika Selatan. (Foto: Lee-Ann Olwage, pemenang ke-2 kategori ‘Portrait-Singles’ World Press Photo 2020).
Kontes bergengsi untuk jurnalis foto yang bertajuk World Press Photo (WPP) hadir dengan format baru. Sebagaimana dilansir dari laman worldpressphoto.org, kontes tahunan yang mulai diadakan sejak 1955 oleh The World Press Photo Foundation ini untuk pertama kalinya akan menggunakan sistem regional dalam perlombaannya.
Enam wilayah dunia yang akan dibagi per regional tersebut, yaitu Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara dan Amerika Tengah, Amerika Selatan, serta Asia Tenggara dan Oseania. Format yang mulai diberlakukan pada WPP 2022 ini merupakan langkah untuk meningkatkan keterwakilan peserta dari seluruh wilayah di dunia.
Perubahan ini dilakukan setelah The World Press Photo Foundation melihat representasi keterwakilan wilayah peserta lomba dari tahun-tahun sebelumnya tidak berimbang. Pada 2021 saja hanya 7% pendaftar yang berasal dari Amerika Selatan, 5% dari Asia Tenggara-Oseania dan 3% dari Afrika.
"Ketidakseimbangan representasi di antara peserta, cerita, dan pemenang dalam kontes kami adalah sesuatu yang telah kami khawatirkan. Ini sama sekali tidak mewakili semua bakat luar biasa dalam jurnalisme foto di seluruh dunia," tulis Anna Lena Mehr, Direktur Kontes World Press Photo Foundation, dalam rilisnya.
Kontes bergengsi untuk jurnalis foto yang bertajuk World Press Photo (WPP) hadir dengan format baru. Sebagaimana dilansir dari laman worldpressphoto.org, kontes tahunan yang mulai diadakan sejak 1955 oleh The World Press Photo Foundation ini untuk pertama kalinya akan menggunakan sistem regional dalam perlombaannya.
Enam wilayah dunia yang akan dibagi per regional tersebut, yaitu Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara dan Amerika Tengah, Amerika Selatan, serta Asia Tenggara dan Oseania. Format yang mulai diberlakukan pada WPP 2022 ini merupakan langkah untuk meningkatkan keterwakilan peserta dari seluruh wilayah di dunia.
Perubahan ini dilakukan setelah The World Press Photo Foundation melihat representasi keterwakilan wilayah peserta lomba dari tahun-tahun sebelumnya tidak berimbang. Pada 2021 saja hanya 7% pendaftar yang berasal dari Amerika Selatan, 5% dari Asia Tenggara-Oseania dan 3% dari Afrika.
"Ketidakseimbangan representasi di antara peserta, cerita, dan pemenang dalam kontes kami adalah sesuatu yang telah kami khawatirkan. Ini sama sekali tidak mewakili semua bakat luar biasa dalam jurnalisme foto di seluruh dunia," tulis Anna Lena Mehr, Direktur Kontes World Press Photo Foundation, dalam rilisnya.
Kuil Buddha di sisa gunung yang masih utuh, sementara bagian yang lain telah di dikeruk alat berat untuk menambang batu giok di Hpakant, Negara Bagian Kachin. (Foto: Hkun Lat, pemenang ke-2 kategori ‘Environment-Singles’ World Press Photo 2021).
Layla Taloo berpose untuk dipotret di rumahnya di Sharya, Irak, dengan cadar dan abaya yang dikenakannya saat diperbudak selama dua setengah tahun oleh militan Negara Islam. (Foto: Maya Alleruzzo, pemenang ke-2 kategori ‘Contemporary Issues-Stories’ World Press Photo 2021).
Dalam format baru ini, para jurnalis foto —dari media atau fotografer lepas— bisa memasukkan foto dan cerita mereka ke wilayah di mana mereka memotretnya. Bukan ke wilayah kebangsaan jurnalis foto. Misalnya, foto/cerita yang diambil di Indonesia akan masuk ke wilayah Asia Tenggara dan Oseania dan dinilai oleh juri dari regional tersebut. "Model kontes harus menyediakan platform di mana beragam suara dapat didengar dan cerita dapat dilihat," ujar Anna dalam rilisnya itu.
Jalan panjang Piala Oscar-nya jurnalis foto ini menuju keberagaman telah dimulai sejak 2015 ketika mereka mulai meningkatkan transparansi seputar infomasi kompetisi dengan menerbitkan statistik keragaman setiap tahun. Kemudian, 50% dari juri kontes berasal dari keterwakilan perempuan dan anggota dari enam regional tersebut. Hal ini adalah langkah-langkah yang dilakukan WPP untuk mencapai industri foto jurnalistik yang lebih inklusif serta memperlihatkan representasi foto jurnalitik dunia yang nyata.
Agar kontes ini benar-benar mewakili dunia, kuncinya adalah persentase fotografer lokal di wilayah di mana foto atau cerita dipotret. "Memiliki sudut pandang lokal dan dan dari luar amat sangat berharga. Tetapi, tidak ada keseimbangan yang cukup antara keduanya di kontes kami sebelumnya," tulis Anna.
Dalam format baru ini, para jurnalis foto —dari media atau fotografer lepas— bisa memasukkan foto dan cerita mereka ke wilayah di mana mereka memotretnya. Bukan ke wilayah kebangsaan jurnalis foto. Misalnya, foto/cerita yang diambil di Indonesia akan masuk ke wilayah Asia Tenggara dan Oseania dan dinilai oleh juri dari regional tersebut. "Model kontes harus menyediakan platform di mana beragam suara dapat didengar dan cerita dapat dilihat," ujar Anna dalam rilisnya itu.
Jalan panjang Piala Oscar-nya jurnalis foto ini menuju keberagaman telah dimulai sejak 2015 ketika mereka mulai meningkatkan transparansi seputar infomasi kompetisi dengan menerbitkan statistik keragaman setiap tahun. Kemudian, 50% dari juri kontes berasal dari keterwakilan perempuan dan anggota dari enam regional tersebut. Hal ini adalah langkah-langkah yang dilakukan WPP untuk mencapai industri foto jurnalistik yang lebih inklusif serta memperlihatkan representasi foto jurnalitik dunia yang nyata.
Agar kontes ini benar-benar mewakili dunia, kuncinya adalah persentase fotografer lokal di wilayah di mana foto atau cerita dipotret. "Memiliki sudut pandang lokal dan dan dari luar amat sangat berharga. Tetapi, tidak ada keseimbangan yang cukup antara keduanya di kontes kami sebelumnya," tulis Anna.
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Putu Sayoga, Zhu Qincay
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Putu Sayoga, Zhu Qincay
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Putu Sayoga, Zhu Qincay
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Putu Sayoga, Zhu Qincay
Penulis: Iqbal Lubis
Editor: Putu Sayoga, Zhu Qincay